Oleh Oleh Dari Speedy Tour d’Indonesia 2010

Tidak tampak kegembiraan berlebihan pada para pebalap tim Polygon Sweet Nice saat tim terakhir menyelesaikan team time trial yang menjadi tahapan pertama Speedy Tour d’Indonesia 2010. Sambil duduk lesehan berteduh di bawah pohon di pinggir lintasan balap Jalan Sudirman, Matnur dan kawan-kawan hanya bersalaman setelah mengetahui mereka menjadi yang tercepat.

Mereka tidak terlalu bergembira karena ini baru tahapan awal dari balap sepeda berjarak 1.418,5 kilometer. Tim Polygon Sweet Nice (PSN), yang bermarkas di Surabaya, membukukan diri sebagai tim terbaik oleh dua pebalapnya. Matnur merebut red and white jersey atau kaus merah putih sebagai pebalap nasional terbaik. Sementara pebalap asing PSN, Sergey Kudentsov, merebut yellow jersey atau pebalap tercepat. Hari pertama Tour d’Indonesia ini menjadi awal baik bagi tim lokal Indonesia unjuk kebolehan.

Bukan tanpa alasan jika PSN menjadi tim terbaik. Satu minggu sebelum turun di lomba balap sepeda terbesar di Indonesia ini, tim PSN tengah rehat sambil menjalani pemulihan fisik usai mengikuti Tour of Hainan di China, 11-19 Oktober 2010.

Tim kontinental Indonesia ini bertemu dengan tim-tim pro-tour yang mewarnai balapan sepeda grand tour, seperti Tour de France atau Vuelta a Espana, di antaranya tim Astana dan Footon-Servetto.

Bagaimana rasanya menghadapi pebalap profesional kelas dunia? ”Terlalu jauh, kami tidak ada apa-apanya, tetapi itu menjadi pengalaman sangat berharga,” kata Hari Fitrianto, salah seorang pebalap tim PSN.

PSN juga bersaing dengan pebalap-pebalap terbaik tim Tabriz Petrochemical Iran, Aisan Racing Team Jepang, hingga Marco Polo Cycling Team. Dengan tim-tim itu, PSN sempat bertemu di Tour de Singkarak ataupun Tour d’Indonesia ataupun Tour de East Java. ”Para pebalap menjalani pemulihan fisik dengan baik. Fisik mereka masih oke,” ujar manajer tim PSN, Wawan Setyabudi.

Hari Fitrianto, pebalap terbaik nasional Tour d’Indonesia 2009, berujar, hasil kemarin adalah ”oleh-oleh” dari kompetisi yang mereka ikuti. Menurut Hari, bersaing dengan tim-tim papan atas dunia, meski melelahkan, menjadi persiapan bagus menghadapi Tour d”Indonesia.

Fatahillah Abdullah, pebalap tim DI Yogyakarta, mengungkapkan, hanya dengan banyak ikut perlombaan seorang pebalap semakin terasah. Sayangnya, ajang lokal di Indonesia sangat jarang sehingga para pebalap Indonesia lebih banyak berlatih daripada berlomba.

”Di luar negeri, lomba balap sepeda ada terus-menerus. Otomatis, para pebalap di luar negeri, khususnya Eropa, pecahan Rusia, ataupun Iran, sangat terlatih. Kalau kami, speed ya dapat, tetapi begitu bertemu pebalap luar negeri, kami mesti ekstra berusaha,” ujarnya.

Matnur, pebalap tim PSN, menambahkan, dalam setahun mereka bisa ikut tujuh balapan sepeda multitahapan luar negeri. ”Perlombaan itu sekaligus sebagai ajang latihan untuk ikut kompetisi berikutnya,” ujarnya.

Dengan sering ikut lomba balap sepeda internasional dan bertemu pebalap-pebalap luar negeri, ujar Matnur, para pebalap tim PSN menjadi terlatih. Mereka terlatih dengan speed cepat dan berlatih mencapai kecepatan kayuh mendekati kayuhan pebalap Eropa.

Sergey Kudentsov pun mengungkapkan hal yang sama. Selain minim pengalaman berlomba di ajang-ajang internasional, para pebalap Indonesia rata-rata belum bisa bekerja sama dalam tim. ”Pebalap Indonesia saya lihat masih sering melakukan serangan-serangan sendiri. Mereka harusnya sadar mereka bekerja dalam tim,” ujar Sergey.

Ah, seandainya pengurus balap sepeda Indonesia bisa memperbanyak event. Selain bisa jadi ajang pembinaan juga menambah stok-stok pebalap berkualitas.

Leave a comment